Monday, September 13, 2010

Dicaci Dan Dipuja (Trax Magazine)

Lima hati baja dari Pee Wee Gaskins ini tetap kukuh dan konsisten dengan apa yang mereka kerjakan meski gelombang hujatan sekaligus pujian coba menghantam perahu mereka, dan semua cerita tentang perjalanan awal, efek ketenaran, party dorks, para pembenci serta keuntungan bergabung dengan major label. 

Oleh Rio Tantomo

Bagi Donald Henry “Pee Wee” Gaskins, seorang pesakitan pembunuh berantai asal Amerika Serikat yang telah membantai sekitar 100 korbannya dengan cara bervariasi: menikam, mencekik, menembak dan memutilasi, musik mungkin bukan menjadi kesenangan utamanya karena tidak ada satu pun apresiasinya di bidang ini, berbeda dengan Charles Manson, pembunuh berantai Amerika Serikat lainnya yang menamai sekte-nya dengan lagu The Beatles, “Helter Skelter” serta sempat mempunyai hubungan khusus dengan Dennis Wilson, dramer The Beach Boys. Gaskins yang bertubuh mungil - dari situlah julukan 'pee wee' disematkan sebagai nama tengahnya - lebih terlihat seperti manusia tidak berbahaya, tapi siapa sangka di dalam penjara ia berhasil meledakkan kepala seorang napi paling ditakuti di blok-nya dengan sebuah radio.

     Hingga akhir hayatnya di atas kursi listrik pada tahun 1991, Donald Gaskins tidak akan pernah menyangka jika kekejamannya mencabut nyawa manusia ternyata menginspirasi seseorang di belahan dunia lain, Alditsa Sadega atau Dochi untuk mengabadikan namanya menjadi identitas band barunya. Berawal dari pergaulan komunitas scene yang kala itu dipenuhi oleh band-band dengan nama seram mendorong Dochi untuk menyesuaikan diri, ”Niatnya pengen nama yang serem tapi musiknya tetep kayak kita, jadi ada kesan kontrasnya,” sebutnya. Hasil pencarian di google dengan kata kunci serial killer membawa sosok Donald Gaskins kepadanya, “Donald Gaskins badannya kecil tapi portfolio membunuhnya udah ratusan orang lebih, akhirnya korelasinya kita bikin: Kecil-kecil bisa bunuh,” ungkap Dochi lagi.

     The Side Project (TSP) adalah band utama vokalis-(sekarang) basis Dochi ketika melangkahkan kaki pertama kali di scene independen nasional. Setelah sempat mendapat perhatian lokal lewat single “Persetan Dengan Dia” dalam kompilasi Anthem of Tomorrow, TSP menemui kebuntuan yang berujung keluarnya Dochi untuk kemudian menjadi session guitarist bagi penyanyi Sherina. Dibanding hanya menjadi gitaris pengiring, naluri kreatif Dochi kembali diluapkan secara iseng dengan menciptakan dan merekam beberapa lagu di studio di mana ia memainkan semua instrumennya. Lagu “Here Up On The Attic” yang menurut Dochi secara tidak sengaja mengandung unsur synthesizer karena menemukan sebuah controller di studio, dijadikannya sebagai pemicu semangat untuk kembali membentuk band, ”Makanya musiknya kayak Pee Wee (Gaskins) yang sekarang ini,” “Intinya, Pee Wee Gaskins adalah sebuah pembuktian, bahwa keluarnya saya dari The Side Project tidak menghentikan ambisi saya,”ujarnya.
www.pwg-dorks.blogspot.com
    Meski dicomot secara satu per satu dari berbagai band, namun setiap anggota Pee Wee Gaskins (PWG) tergabung dari komunitas yang sering bermain bersama dalam setiap gig underground ibukota. Dan semuanya bergabung dengan PWG setelah berjudi meninggalkan band awal masing-masing. Gitaris Fauzan atau Sansan awalnya adalah vokalis dari band emo, Killing Me Inside (KILLMS) yang telah merilis sebuah album A Fresh Start For Something New. Menjalani dua band secara sekaligus membuat Sansan harus segera menentukan pilihan, “Ngebagi waktunya susah, kecuali gue-nya ada dua,” ujar gitaris dengan tato di sekujur lengannya. Sansan melanjutkan, “Gue merasa lebih nyaman disini, jadi alasannya udah jelas gue milih disini (PWG), karena hidup itu pilihan, kawan!” Namun, Dochi tidak hanya memerlukan seorang vokalis sejati untuk menutupi kelemahan suaranya tapi juga  yang mampu bernyanyi sambil bermain gitar dengan sama baiknya, “Gue tahu keterbatasan vokal gue, gue butuh vokalis yang bagus, jadi gue tarik Sansan, tapi gue nggak mau dia nyanyi doang soalnya ntar kan sama aja kayak Killing Me (Inside),” sebut Dochi yang pernah menjadi additional gitar KILLMS. Yang menarik adalah proses perekrutan Reza Satiri (Omo) sebagai pemain synthesizer. Dochi yang tidak mengenal Omo secara 'terpaksa' harus memperalat seorang bernama Telor, pemain bas di band Too Late Too Notice di mana Omo juga bermain untuk kemudian mengajak keduanya bergabung di PWG, “Di pergaulan kita, satu-satunya orang yang bisa main kibor ya cuma Omo,” ujar Dochi. “Gue 'ngambil' Telor biar gue kenal Omo.” Terakhir, dramer Renaldy Prasetya atau AldyKumis diajak bergabung untuk melengkapi formasi PWG setelah direkomendasikan seorang teman.


     Selama setahun formasi ini bergerilya dari satu gig ke gig lainnya, “Strategi 'always a step a head than the rest' adalah motivasi dasar membentuk Pee Wee Gaskins,” kata Dochi. Ketika band lain sibuk memikirkan bagaimana aksi panggung dan dandanan yang menarik agar band mereka berkesan, PWG memilih alternatif lain: Myspace. “Gue dan Aldy mendedikasikan hampir 24 jam setiap hari mempromosikan musik, we pushed ourselves in almost everything we do,” kata Dochi. Strategi lainnya adalah promosi lewat merchandise, “Kita sibuk membuat merchandise dan melempar sebanyak mungkin demo ketika manggung,” lanjutnya, hingga tiba-tiba t-shirt bertuliskan “Pee Wee Gaskins” tersebar dan dikenakan secara masif oleh banyak remaja tanggung SMP dan SMA. Di tengah gencarnya promo PWG lewat merchandise maupun live performance, Dochi menjelaskan, “Kita tiba-tiba menetapkan 11 April 2008 harus sudah keluar album, and we did!” Jejak pertama PWG ditorehkan melalui EP Stories From Our High School Years yang dikerjakan dalam waktu 2 bulan saja. Album itu secara otomatis mendongkrak nama PWG terutama di depan massa ABG. “Kita cuman bikin lirik yang relate ama orang. EP itu emang banyaknya tema (dari) cerita yang udah lewat waktu (kita) di high school,” ungkap Dochi yang banyak menulis lirik sekaligus menjawab anggapan PWG sebagai band dengan pasar 'highschool' terutama bagi para loser, “Bagaimana kita mengemasnya (PWG) dalam bentuk nerdy dan dorky dibawah nama seorang pembunuh berantai.”
 
*) mau tau kelanjutannya? Buruan baca trax edisi September ini ya 
Sumber : traxmagz.com

Ngabuburit Dan Bukber Bareng Pee Wee Gaskins

Kalo di  minggu-minggu sebelumnya, event "Ngabuburit dan Buka Puasa Bareng" yang diadain Hai Online, ngajakin Killing Me Inside dan The Trees and The Wild, di minggu ini Pee Wee Gaskins yang dapet giliran.


Dochi, Sansan, Eye, Omo, dan Aldy bertemu dengan sepuluh pemenang yang dipilih Hai Online di Coffee Toffee, Pondok Indah, Jakarta Selatan pada Kamis sore (02/09). Beberapa wajah pemenang udah ga asing lagi di mata beberapa personil Pee Wee Gaskins. "Lo yang sering nongkrong di sini kan" tanya Eye kepada salah satu pemenang yang ternyata udah sering ketemu sebelumnya.



Seperti biasanya, acara dimulai dari jam empat sore. Maenan seperti Ludo, Monopoli, UlarTangga, dan lainnya ga banyak disentuh. Mereka terlalu asik ngobrol. Tema obrolannya emang mantap banget. Mulai dari ngomongin pengalaman Pee Wee Gaskins di acara Harmoni, kesalah-pahaman Dochi dengan fans Justin Bieber di Indonesia, sampai ke ngomongin APWG. "Justru lucunya, followers di Twitter gw nambah sampe dua ribu followers, sejak kesalah-pahaman gw dengan fans Justin Bieber di Indonesia mencuat!" ungkap Dochi yang account Twitter-nya itu mulai mendatangkan pemasukan bagi dirinya.

Ga kerasa, adzan Maghrib pun berkumandang. Kesepuluh peserta, tim Pee Wee Gaskins, dan tim Hai Online pun menikmati tajil berupa teh manis hangat dan kurma. Sambil melanjutkan obrolan, kami semua pun menyantap hidangan makan malam yang mantap banget!

Reggie, manajer Pee Wee Gaskins, di sore itu berbagi pengalaman seputaran manajemen Pee Wee Gaskins. "Yang jelas, Pee Wee tuh ga selalu matok harga tinggi. Kami sih nyesuain dengan konsep event dan apa sponsor event itu. Pee Wee juga ga pernah ngancel event secara sepihak. Jadi, kalo ada gosip-gosip miring tentang Pee Wee, jangan langsung percaya. Mending langsung tanyain ke kita ya," ungkap Reggie.

Ga kerasa jam tujuh malam menjelang. Kesepuluh pemenang lanjut bernyanyi bersama dengan Pee Wee Gaskins. Setelah itu, lanjut dengan acara foto bersama dan acara "curi-curi" kesempatan foto beduaan bareng masing-masing personil Pee Wee Gaskins.

Sampai jumpa di "Ngabuburit dan Buka Puasa Bareng" tahun depan ya!

( Penulis : Dani Dudung )
Sumber : hai-online.com

Wednesday, August 25, 2010

AD ASTRA PER ASPERA (Pee Wee Gaskins)

Get the CD out in stores on September!!

Pee Wee Gaskins : Dari Mata Sang Garuda

Tak mau lagi tertunda, PWG segera luncurkan album teranyar mereka paska lebaran. Berada di bawah label Alfarecords, band yang diawaki San San (vokal), Dochi (bass), Eye (gitar), Omo (synth) dan Aldy (drum) ini mengusung satu nama: Ad Astra Per Aspera . Bagi Dochi dkk., frasa Latin yang berarti menuju bintang dengan segala apa yang dimiliki itu, amat sesuai dengan keadaan mereka sekarang. Terbiasa menghadapi kritik atau sentilan, membuat anak-anak Jakarta Selatan ini lantas membalas lewat karya. Album baru yang jadi taruhannya. Saat ini mereka memang sedang berada di masa yang paling menjanjikan: momen penting ketika bintang muda siap untuk bersinar menaungi langit!Berikut petikan wawancara Adnan dari Hai, di sela-sela latihan mereka di sebuah studio kawasan Blok M, Jakarta Selatan.


Ada 12 track di album terbaru kalian. Lagu Dari Mata Sang Garuda yang sudah lebih dulu dirilis secara unofficial, bakal jadi jagoan pertama? 
 
Dochi: "Sebenarnya kami memiliki 13 track, tetapi satu track kami tahan, karena belum sempurna dari segi liriki. Lagipula track tersebut sebagai cadangan, kalau suatu saat kami diminta membuat soundtrack atau apapunlah. Dari Mata Sang Garuda  akan kami buat video klip-nya terlebih dahulu. Meski demikian, lagu Jakarta is A Mistake  kami lempar lebih awal lewat purevolume.com."


Hampir keseluruhan materi album baru kalian mengarah ke mid-tempo. Mencoba memperluas pasar atau karena faktor usia?
 
San San: "Memang benar di album ini tempo permainan kami lebih pelan alias nggak ngebut-ngebut amat. Tetapi justru musik kami jadi semakin garang. Tak ada tujuan khusus, semua lagu tercipta begitu saja sesuai perkembangan bermusik kami."

Dochi: "Awalnya semua personel membuat aransemen dengan tempo yang ngebut. Tetapi kami merasa kurang sreg. Begitu tempo diubah menjadi agak pelan, ternyata lebih enak dan dapat soul-nya."

Aldy: "Itulah kerennya album ini, lagu-lagunya lebih variatif ketimbang album pertama yang cenderung seragam."

Berapa shift kalian habiskan untuk rekaman?
 
Eye: "Lebih dari 30 shift. Nggak seperti dulu, kali ini tiap orang kebagian shift sebebas-bebasnya untuk menyelesaikan satu lagu terlebih dahulu. Itulah enaknya kalau sudah memiliki label, ada jaminan finansial. Hahaha!"
 
Interview lengkapnya ada di Hai Magazine #34 yang terbit Senin, 23 Agustus 2010

Sunday, August 22, 2010

First nulis blog.

I was a musician

and I understand in terms of playing music

but people - people around me better than me

and I was tired because I do not know more than that

That's it for the first time writing a blog.

@ novaladityaji